Angka Balita Stunting di Nunukan Masih Tinggi, Semua Kecamatan Terdapat Kasus Stunting

WIRAnews.com, NUNUKAN – Dinas Kesehatan Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara mencatatkan angka penurunan kasus stunting/gagal tumbuh.

Pada 2019 prevalensi stunting ada di angka 26 persen dari jumlah 11.561 Balita yang ditemukan mengalami stunting. Tahun 2020, penurunan di angka 20 persen dan menyisakan 1590 Balita stunting.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Nunukan, Sabaruddin mengatakan, stunting disebabkan oleh banyak aspek, mulai dari aspek pendidikan hingga ekonomi.

‘’Stunting tidak selalu terjadi pada kalangan ekonomi rendah, bahkan anak orang dengan ekonomi kecukupan, tidak lepas dari stunting. Di Kabupaten Nunukan tidak ada kecamatan yang tidak ada kasus stunting,’’ujarnya, Selasa (27/4/2021).

Di Kabupaten Nunukan, factor geografis, pemahaman yang kurang terkait kesehatan janin dan faktor nikah muda, menjadi sejumlah alasan mengapa kasus stunting masih cukup banyak ditemukan.

Untuk mengatasinya, seluruh OPD Nunukan memaksimalkan peran mereka di bidang masing masing.

‘’Karena mencegah stunting tidak hanya menjadi beban tanggung jawab Dinas Kesehatan, melainkan banyak sektor dengan sejumlah penyebab yang perlu diatasi bersama sama,’’imbuhnya.

Sinergitas semua OPD menjadi penting, pada sector pertanian ada program pangan lestari, setiap rumah diimbau memiliki pekarangan pangan, dengan tanaman sayur mayur sehingga asupan nutrisi bisa selalu terpenuhi tanpa alasan pendapatan.

Untuk dukungan terhadap ibu dan anak, ada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA), mereka berperan melakukan pendampingan dan memberikan dukungan psikologi baik bagi ibu hamil ataupun terhadap pola asuh.

DPPPA juga berperan untuk memberi pemahaman bahayanya pernikahan dini terhadap reproduksi yang memang menjadi salah satu faktor bayi mengalami stunting.

Dinas PU juga memiliki peran penting dalam mengatasi stunting. Mereka memiliki program sanitasi, dimana lingkungan yang bersih menjadi sarat mengurangi kasus stunting yang notabene bisa terjadi karena pola hidup yang jauh dari lingkungan sehat.

‘’Dinas Kesehatan memberikan penyuluhan, membagikan supleman dan vitamin melalui Puskesmas dan Posyandu,’’jelasnya.

Sejauh ini, Sabaruddin mengakui semua kecamatan di Kabupaten Nunukan bahkan ditemukan kasus stunting. Kendati terlihat desa maju seperti di desa Sanur kecamatan Tulin Onsoi yang terdapat banyak perusahaan, kasus stunting justru ditemukan paling tinggi di wilayah ini pada 2019 lalu.

Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah Kabupaten Nunukan sudah melakukan intervensi kesehatan. Mereka menggandeng pusat pusat kesehatan masyarakat agar lebih memperhatikan ibu ibu hamil.

Memberi pengertian bagaimana merawat kandungan dan asupan gizi yang baik dikonsumsi di masa kehamilan. Dan intens melakukan sejumlah program pemantauan tumbuh kembang.

‘’Karena masa kehamilan itu masa emas, ketika dia istirahatnya cukup, rutin memeriksakan kandungan, dan gizi tercukupi, kemungkinan stunting cukup rendah,’’jelasnya.

Tanda stunting bisa diketahui saat penimbangan dan pengukuran di Posyandu. Patokannya jika penimbangan kedua Balita tidak bertambah ukuran dan beratnya, maka para petugas Kesehatan akan memberi perhatian lebih untuk tumbuh kembang anak.

Stunting pada anak, menyebabkan terganggunya perkembangan otak, metabolisme tubuh, dan pertumbuhan fisik.

Sekilas, proporsi tubuh anak stunting mungkin terlihat normal. Namun, kenyataannya ia lebih pendek dari anak-anak seusianya.

‘’Kita akan terus melakukan intervensi kesehatan sampai angka penurunan mencapai 14 persen sebagaimana standar nasional. Kalau bisa, kita jadikan kasus stunting tidak lagi ditemukan,’’harapnya.

Reporter : Viqor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *