MALINAU, WIRANEWS.COM “ Suan Kirut mengambil sejumput lanyut (getah propolis) Lebah Meraung yang keluar dari lubang pohon. Ia membalurkan getah tersebut ke bagian tengah anak sumpit satu per satu. Ia pun mengambil anak sumpit yang sudah diolesi lanyut itu, dimasukannya ke dalam sumpit. Kemudian, ia meniup sumpit ke arah pohon untuk memastikan anak sumpit yang dibuatnya telah sempurna. Pemberian getah ini menjadi penyeimbang anak sumpit agar meluncur tepat sasaran ke hewan buruan.
Lebah Meraung merupakan lebah madu kelulut, atau yang mudah dikenal dengan lebah Trigona Itama. Di dalam budaya Suku Punan di Desa Long Nyau, Kecamatan Sungai Tubu, Malinau, Kalimantan Utara, getah propolis sudah dimanfaatkan secara turun temurun untuk penyeimbang anak sumpit. Suan Kirut, yang merupakan Ketua LPHD (Lembaga Pengelola Hutan Desa) Desa Long Nyau, mengatakan ia baru mengetahui jika lebah madu kelulut kaya manfaat dan bisa diambil madunya, bukan hanya bisa dimanfaatkan getah propolisnya. Madu kelulut juga memiliki kandungan yang bermanfaat sebagai antioksidan, penyembuh luka, dan meningkatkan stamina. Madu ini juga biasa dijual dengan harga 80 “ 120 ribu rupiah per botol 200 ml. Pengetahuan ini didapatkan Suan bersama KUPS (Kelompok Usaha Perhutanan Sosial) Madu Long Nyau saat mengikuti Pelatihan Budidaya Lebah Madu Kelulut di Desa Wisata Setulang pada 20 “ 23 September 2023.
Pelatihan ini diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Malinau bekerjasama dengan Balai Pelatihan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPLHK) Samarinda, UPTD KPH Malinau dan Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi yang diikuti KUPS Madu dari Desa Long Nyau, Desa Long Jalan, Desa Laban Nyarit dan Desa Setulang. KUPS-KUPS yang mengikuti pelatihan ini mendapatkan bantuan berupa 20 stup lebah madu kelulut. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait budidaya lebah madu kelulut yang bisa dikembangkan di daerahnya masing-masing. Sementara itu, Yuli Triana, Kepala Disperindag Kabupaten Malinau, menuturkan pemberian bantuan stup lebah madu kelulut diberikan berdasarkan potensi desa-desa yang berada di dalam dan sekitar hutan. Sehingga, masyarakat mendapatkan perekonomian secara berkelanjutan, berdasarkan potensi mereka, kata Yuli. Pemberian bantuan berupa stup madu kelulut kepada KUPS Madu ini bisa menjadi pemantik bagi masyarakat untuk menularkan ilmu budidaya lebah madu kelulut ke masyarakat.
Apalagi masyarakat masih tinggal di sekitar kawasan hutan, pakan-pakan lebah madu kelulut sudah tersedia di hutan kita. Kita tidak perlu bergantung dengan lebah hutan yang siklus waktu produksinya lama, namun kita bisa mulai membudidaya lebah madu kelulut, tuturnya. Selain itu, Anna Dian Setiawati, Project Officer KKI Warsi mengatakan, pihaknya akan memberikan pendampingan kepada KUPS Madu di Desa Long Jalan, Long Nyau dan Laban Nyarit untuk memastikan bantuan lebah madu kelulut bisa menjadi pendapatan kelompok. Perawatan lebah madu kelulut minim, namun produktivitas lebah madu kelulut yang tinggi. Apalagi masyarakat tinggal di sekitar kawasan hutan dengan sumber daya alam yang melimpah. Ini bisa menjadi potensi bagi desa-desa untuk membudidayakan lebah madu kelulut.
Sebab, pakannya sudah disediakan oleh alam, kata Anna. Bantuan Stup Lebah Madu Kelulut ini langsung dimanfaatkan oleh KUPS tersebut. KUPS dari Desa Long Nyau, Desa Laban Nyarit dan Desa Setulang sudah memasang stup madu di desanya masing-masing. Lalu salah satu anggota KUPS Madu Laban Nyarit, Simon menuturkan, stup lebah madu kelulut sudah dipasang di Desa Laban Nyarit. Nantinya pengelolaan usaha lebah madu kelulut akan dikelola secara berkelompok untuk mendapatkan hasil yang maksimal.(*)