MALINAU, WIRANEWS – Langit pagi di Padan Liu Burung, Kamis (9/10/2025), tampak cerah seiring riuh semangat masyarakat yang menyaksikan Atraksi Seni Adat dan Budaya Lembaga Adat Besar Tidung.
Dentuman musik tradisional, tabuhan gong, dan lenggak-lenggok tarian khas Tidung membuka hari dengan nuansa penuh kebanggaan dan rasa cinta terhadap budaya leluhur. Kegiatan tersebut menjadi bagian dari Festival Budaya Irau ke-11 dan peringatan Hari Ulang Tahun ke-26 Kabupaten Malinau, sebuah momentum besar yang menegaskan kekayaan serta keberagaman budaya yang hidup di Bumi Intimung.
Bupati Malinau Wempi yang hadir langsung menyaksikan atraksi tersebut, memberikan apresiasi tinggi kepada masyarakat dan Lembaga Adat Besar Tidung atas upaya mereka dalam menjaga dan menampilkan warisan budaya yang sarat nilai kehidupan. “Irau bukan sekedar perayaan, tapi wadah untuk memperkuat identitas dan menampilkan kekayaan budaya kita kepada dunia.
Masyarakat Tidung telah menampilkan karya yang indah, penuh filosofi, dan menginspirasi,” ujar Bupati Wempi dalam Berbagainya.
Menurutnya, kegiatan seni budaya memiliki peran penting sebagai penopang utama pembangunan daerah, karena dari sanalah lahir nilai-nilai moral, kebersamaan, dan kearifan yang membentuk karakter masyarakat. “Budaya adalah fondasi pembangunan Malinau yang mandiri, damai, dan sejahtera. Ketika budaya kuat, jati diri daerah juga kokoh,” tegasnya.
Bupati Wempi juga menyoroti tantangan globalisasi yang semakin cepat, yang berinvestasi dapat mengikis nilai-nilai budaya jika tidak dibarengi dengan kesadaran kolektif. “Arus modernisasi memang tak terelakkan.
Tapi kalau kita lengah, budaya bisa hilang perlahan. Oleh karena itu, pelestarian harus menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari,” pesannya. Dalam kesempatan tersebut, Bupati Wempi turut berbagi kisah menarik dari pertemuannya dengan Datu’ Seri Haji Sahran Bin Haji Untai, Ketua Adat Tidung dari Negeri Sabah, Malaysia. Dari dialog itu, ia menyadari betapa kuatnya hubungan budaya yang melintasi batas geografis. “Negara kita berbeda, tapi akar budaya tetap sama.
Ini bukti bahwa budaya adalah jembatan yang menghubungkan, bukan yang memisahkan,” katanya dengan penuh makna.
Ia berharap momentum kemunculan Lembaga Adat Besar Tidung dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus mencintai, mempelajari, dan mengembangkan seni tradisi leluhur. “Jika budaya kita hidup di hati anak muda, maka masa depan Malinau akan tumbuh dengan kuat dan tanpa ampun,” ucapnya. Menariknya, beberapa wisatawan mancanegara yang hadir juga memberikan apresiasi tinggi terhadap kekhasan budaya Tidung.
Mereka menyebut Malinau sebagai “permata tersembunyi” di perbatasan Kalimantan yang mampu menampilkan keindahan budaya dengan penuh keaslian.
Menutup Perayaannya, Bupati Wempi mengajak seluruh masyarakat untuk terus menjaga warisan leluhur sebagai bagian dari identitas bersama. “Semoga kegiatan ini tidak hanya menjadi tontonan, tetapi juga tuntunan bagi kita semua.
Karena budaya bukan hanya milik masa lalu — budaya adalah napas kita hari ini,” tutupnya. Dengan semangat “Budaya Adalah Kita”, atraksi Lembaga Adat Besar Tidung pagi itu tidak hanya menyentuh hati penonton, tetapi juga mengukuhkan kembali Malinau sebagai kabupaten beradab dan berbudaya, tempat di mana tradisi dan kemajuan berjalan beriring.










