MALINAU, WIRANEWS — Sore yang cerah di Padan Liu Burung, Sabtu (11/10/2025), berubah menjadi panggung penuh warna ketika Paguyuban Keluarga Kerukunan Besar Nusa Tenggara Timur (KKB NTT) Malinau tampil memukau dalam Atraksi Seni dan Budaya Irau ke-11. Dentuman gong dipadukan dengan alunan musik sasando, mengalun hangat mengiringi tarian khas NTT yang memikat perhatian ratusan penonton.
Tarian energik, nyanyian riang, dan busana tradisional berwarna terang menghadirkan suasana khas Timur Nusantara di tengah kemeriahan Festival Budaya Irau yang digelar untuk memperingati HUT ke-26 Kabupaten Malinau.
Gelak tawa, sorak, dan tepuk tangan warga menandai kekaguman terhadap kekayaan budaya yang ditampilkan. Ketua KKB NTT Malinau, Antonius Laba Sara, menyampaikan rasa terima kasih dan terima kasih atas kesempatan yang diberikan untuk ikut serta dalam festival budaya terbesar di Bumi Intimung tersebut. “Atas nama seluruh warga NTT di Malinau, kami mengucapkan selamat ulang tahun ke-26 kepada Kabupaten Malinau, serta sukses untuk terselenggaranya Festival Budaya Irau ke-11,” ujarnya penuh semangat.
Antonius menegaskan, kehadiran KKB NTT dalam ajang ini bukan sekadar bentuk partisipasi, melainkan wujud kecintaan terhadap persaudaraan dan kebersamaan yang tumbuh di Malinau. “Irau bukan hanya perayaan budaya, tapi simbol kehidupan — tempat kita memperkuat tali persaudaraan dan meneguhkan jati diri sebagai bangsa yang menjunjung tinggi kearifan lokal,” tuturnya.
Ia juga mengungkapkan rasa bangga karena masyarakat NTT diterima dengan tangan terbuka oleh warga Malinau. “Kami merasa seperti berada di kampung sendiri. Sambutan yang hangat dan semangat gotong royong masyarakat Malinau membuat kami merasa menjadi bagian dari keluarga besar Bumi Intimung,” katanya dengan haru. Antonius menutup dengan pesan tentang makna sejati keberagaman Indonesia. “Beginilah Indonesia yang sesungguhnya — saling menyapa, saling menjaga, dan saling menguatkan,” disambut tepuk tangan penonton.
Kehadiran Paguyuban KKB NTT menambah warna dalam Festival Irau ke-11, menjadikannya bukan sekadar ajang budaya, tetapi juga perayaan kebersamaan lintas suku dan daerah. Dari Padan Liu Burung, pesan persatuan itu menggema: bahwa di Malinau, keberagaman bukan perbedaan — melainkan kekuatan yang menyatukan.










