Kalimantan Utara – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kaltara mengingatkan masyarakat untuk selalu memastikan keaslian uang rupiah yang digunakan dalam transaksi. Salah satu cara yang diimbau adalah dengan menggunakan metode 3D (dilihat, diraba, diterawang) serta alat bantu lampu ultraviolet (UV).
Kepala KPwBI Kaltara, Wahyu Indra Sukma, menegaskan pentingnya edukasi kepada masyarakat untuk mengenali ciri-ciri uang asli guna mencegah tindak pidana pemalsuan uang. “Kami mengimbau masyarakat mengenali keaslian uang rupiah melalui metode 3D tanpa merusak uang, seperti membelahnya,” ungkap Wahyu.
Mengomentari pengungkapan kasus pemalsuan uang di Gowa, Sulawesi Selatan, Wahyu menjelaskan bahwa uang palsu yang ditemukan memiliki kualitas sangat rendah. “Uang palsu tersebut dicetak menggunakan teknik cetak inkjet printer dan sablon biasa, tanpa fitur pengaman seperti watermark atau benang pengaman. Sangat mudah dikenali melalui metode 3D,” jelasnya.
Bank Indonesia mendukung penuh Polri dalam menindak kasus pemalsuan uang, termasuk dengan menyediakan tenaga ahli untuk memastikan keaslian uang.
Menurut data Bank Indonesia, rasio temuan uang palsu terus menurun. Pada 2024, tercatat hanya 4 lembar per satu juta uang beredar (4 ppm), lebih rendah dibandingkan 5 ppm pada 2022 dan 2023, serta 9 ppm pada 2020. Penurunan ini berkat peningkatan kualitas uang rupiah dan edukasi masif melalui kampanye Cinta, Bangga, Paham (CBP) Rupiah.
“Keamanan desain uang rupiah terus diperkuat untuk menyulitkan upaya pemalsuan. Hal ini terbukti dari penghargaan internasional yang diterima, seperti Best New Banknote Series dan uang pecahan Rp 50.000 TE 2022 yang diakui sebagai salah satu uang paling aman di dunia,” tambah Wahyu.
Bank Indonesia juga mengingatkan masyarakat terkait hukuman berat bagi pelaku pemalsuan uang. Berdasarkan Pasal 36 UU No. 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, pelaku dapat dikenai hukuman penjara hingga 10 tahun dan denda maksimal Rp 10 miliar.
Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dalam bertransaksi dan memeriksa keaslian uang menggunakan metode 3D. Bagi yang memiliki akses, lampu UV juga dapat digunakan untuk mendeteksi uang palsu. Wahyu menambahkan bahwa uang palsu biasanya memiliki pendaran berbeda dibandingkan uang asli, baik dari segi warna, lokasi, maupun bentuknya.
“Bank Indonesia akan terus melakukan sosialisasi dan bekerja sama dengan pihak terkait untuk memastikan keamanan dan keaslian uang rupiah di masyarakat,” pungkas Wahyu.