MALINAU, WIRANEWS — Suasana pagi di Padan Liu Burung, Jumat (10/10/2025), kembali bergemuruh oleh lantunan musik tradisional dan hentakan kaki penari Dayak Kayan. Ribuan pasang mata terpukau menyaksikan atraksi budaya yang menjadi bagian dari rangkaian Festival Budaya Irau ke-11 sekaligus peringatan HUT ke-26 Kabupaten Malinau.
Tarian sakral, ritual adat, hingga irama khas alat musik tradisional mengisi udara, menghadirkan suasana penuh makna yang menggambarkan kearifan dan kebanggaan masyarakat Kayan terhadap warisan leluhur mereka.
Bupati Malinau, Wempi W. Mawa, yang hadir langsung dalam kegiatan itu, memberikan apresiasi tinggi atas semangat masyarakat Dayak Kayan yang telah menampilkan kekayaan budaya secara memukau. “Hari ini kita tidak hanya menyaksikan pertunjukan seni, tapi juga pesan tentang nilai, kearifan, dan kebersamaan yang harus terus kita jaga untuk masa depan,” ujar Wempi dalam Perayaannya.
Menurutnya, kekuatan Malinau bukan hanya terletak pada sumber daya alam, tetapi juga pada persatuan masyarakatnya yang beragam. Ia menegaskan, usia ke-26 Kabupaten Malinau menjadi momentum untuk melangkah bersama menuju pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan. “Kita harus terus bersatu membangun Malinau — menghapus kemiskinan, meningkatkan pendidikan, membangun infrastruktur, dan memperjuangkan kesejahteraan rakyat. Itu semua hanya bisa tercapai jika kita menjaga harmoni dan toleransi yang selama ini menjadi jati diri Bumi Intimung,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Wempi juga menampilkan pentingnya menghadirkan generasi muda yang berdaya saing melalui Program Desa Sarjana Unggul, salah satu inovasi unggulan daerah untuk mencetak sumber daya manusia berkualitas. “Generasi muda adalah pewaris masa depan Malinau. Kita harus memastikan mereka tumbuh cerdas, berkarakter, dan siap melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan,” tutupnya.
Festival Budaya Irau ke-11 terus menjadi magnet bagi masyarakat dan wisatawan. Dari panggung budaya hingga pasar rakyat, semangat kebersamaan dan cinta tanah leluhur menjadikan Malinau bukan hanya pusat budaya, tapi juga simbol persatuan di jantung Kalimantan Utara.










