WIRAnews.com, BULUNGAN – Massa aksi yang tergabung dari ratusan warga di tiga Kecamatan, yakni Kecamatan Tanjung Palas Barat, Kecamatan Peso dan Kecamatan Peso Hilir melakukan aksi unjuk rasa di Kantor perusahaan sawit PT. Inti Sawit Perkasa (ISP) yang merupakan perusahaan di bawah bendera PT. Gawi Plantation pada, Senin (22/11/2021) Ratusan warga dari tiga Kecamatan di Kabupaten Bulungan tersebut merupakan massa aksi dari 18 desa, yakni Desa Antutan, Mara 1, Mara Hilir, Long Sam, Bhayangkara, Long Lembu, Long tungu, Lepa Aru, Nahaya, Long Telenjau, Long Lasan, Long Bang, Peso, Long Bia, Muara Pengian, Long Lian, Long Buang, dan Desa Long In. Dari informasi yang dihimpun, aksi unjuk rasa yang dilakukan ratusan warga dimulai pada pukul 11.00 Wita dan berlanjut hingga malam. Aktivis Tariu Borneo Bangkule Rajakang (TBBR) Kaltara atau biasa disebut Pasukan Merah juga turut mendampingi dan mengawal aksi unjuk rasa yang di sampaikan warga. Tuntutan pada aksi unjuk rasa yang dilakukan agar pihak perusahaan yang berada dibawah bendera PT. Gawi Plantation yaitu PT. Inti Sawit Perkasa, PT. Sentosa Sukses Utama, dan PT Prima tunas Kharisma untuk terbuka terhadap sistem kelola plasma dan program CSR perusahaan yang tidak pernah dirasakan warga. œItu saja tuntutan kami. Hanya, sampai masyarakat demo pihak perusahaan masih belum bisa memberikan kejelasan. Akhirnya demo berlanjut sampai malam, ucap Koordinator Lapangan (Korlap) aksi, Daniel. Ia menambahkan, karena pihak perusahaan belum bisa memberikan kepastian, warga pun sudah jengah bertahan di kawasan pabrik. “Sampai sekarang masyarakat demo, pihak perusahaan masih belum bisa memberikan kejelasan. Akhirnya demo berlanjut sampai malam serta masa pun semakin bertambah,” ujarnya. Demo warga di PT. ISP merupakan demo terbesar sepanjang sejarah perkebunan sawit di wilayah tersebut. Dipicu karena ketidakjelasan terkait sistem plasma dan program CSR perusahaan. “Upaya masyarakat sudah dilakukan ke semua tahapan, baik itu hearing ke DPRD Bulungan maupun melaporkan pihak perusahaan ke Pemerintah Kabupaten Bulungan, akan tetapi sampai hari ini tidak ada hasil,” tandas Daniel. “Belasan tahun kami menunggu janji yang tidak kunjung ada. Oleh karena itu kami melakukan aksi turun ke pabrik untuk menuntut janji perusahaan yang tidak jelas,” tegasnya.(*)