WIRAnews.com, MALINAU – Warga yang tinggal di sekitar Sungai Malinau, seperti di Desa Langap, Long Loreh dan Tanjung Nanga, Kecamatan Malinau Selatan, terkejut dengan jebol nya tanggul limbah yang bahkan menutup akses jalan warga setempat. Pada Jum’at 12 Agustus lalu, beberapa warga telah mengambil foto sungai dengan air keruh, berwarna cokelat kental bahkan berlumpur. Bahkan dengan keadaan air seperti itu diduga membuat Instalasi Pengolahan Air Perumda Apa’ Mening mengehentikan sementara distribusi air kepada masyarakat. Kabar Sungai Malinau baik-baik saja terbantahkan oleh bukti hari ini.
Sebuah video menggambarkan kondisi sungai dan bahkan sudah menutupi akses jalan utama masyarakat untuk beraktivitas telah menyebar luas di sejumlah WA Group maupun media sosial. Terjadi lagi tanggul jebol milik PT. KPUC, tidak ada hujan dan angin tiba-tiba jebol,” ujar pria dalam video berdurasi 1.55 menit yang diunggah oleh akun Facebook @ Rimba Kaltara, Minggu (14/8/2022) pagi. Bahkan, ia menyebutkan mereka sampai hanyut dan masyarakat tidak ada yang berani melintas karena tertutup banjir limbah.
“Ketinggian air sekitar 1 setengah meter. Ini adalah jalan poros atau jalan umum yang sering dilewati masyarakat untuk beraktivitas,” ujarnya. Bahkan, diketahui jalan tersebut merupakan salah satu tuntutan masyarakat di wilayah Malinau Selatan untuk dilakukan perbaikan di DPRD Provinsi Kaltara, namun hari ini malah terjadi tanggul jebol hingga mengakibatkan banjir diduga milik perusahaan yang tidak bertanggung jawab.
Baik foto dan video yang telah menyebar di media sosial ini pun menuai banyak respon dari masyarakat. Saat dikonfirmasi Elisa Lungu, Ketua Aliansi Peduli Masyarakat Adat se-Sungai Malinau mengatakan, tanggul yang diduga milik salah satu perusahaan pertambangan kembali jebol dan berdampak pada sungai dan akses jalan masyarakat. “Kejadiannya jam 5 pagi. Kemudian jam 6 pagi kami masyarakat langsung ke lokasi tanggul yang jebol tersebut,” ucapnya saat dihubungi awak media, Minggu (14/8/2022) pagi.
Tanggul yang jebol diduga berasal dari perusahaan Pertambangan Batubara milik PT. KPUC di wilayah Desa Langap menuju Tanjung Nanga, Kecamatan Malinau Selatan, Kabupaten Malinau. “Bahkan airnya sampai meluap ke jalan aspal yang menuju Tanjung Nanga. Tidak bisa sudah orang lewat. Air sungai sudah naik ke aspal,” tegasnya. Masyarakat pun sudah menghubungi pihak terkait seperti Kepolisian dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Malinau, agar dapat memberikan bukti dan menjadi saksi terhadap tanggul yang jebol tersebut.
“Biar kita menjadi saksi semua. Jangan sampai kami hanya di bilang memfitnah pihak perusahaan. Semua masyarakat Desa Langap yang kena dampaknya. Makanya sementara perusahaan kami tutup aktivitas pertambangannya,” imbuhnya. Diketahui, masyarakat desa dan Adat di wilayah Malinau Selatan sampai saat ini masih berjaga-jaga di lokasi kejadian. “Ini semua limbah yang jebol ini. Biar semua masyarakat sepanjang Sungai Malinau dan Sesayap tahu,” ungkapnya.
Ia menyebut air limbah dari tanggul yang jebol diperkirakan akan sampai di wilayah Ibukota Kabupaten Malinau pada sore hari. “Sore ini kami perkirakan air dari jebolnya tanggul akan sampai di sepanjang Sungai di wilayah perkotaan. Anehnya, cuaca tidak hujan maupun banjir, tapi kenapa bisa jebol tanggul itu. Bahkan, dampaknya membuat akses jalan warga terputus. Tinggi airnya satu meter lebih dan membuat semua kendaraan tidak dapat lewat. Kami minta hal ini harus di usut tuntas” ucapnya. Sementara itu, saat awak media meminta penjelasan dari Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Malinau, dr. Jhon Felix Rundupadang menjelaskan pihaknya masih melakukan pemeriksaan dilapangan. “Tim Teknis DLH sudah tiba di lapangan, nanti informasi lebih lanjut akan disampaikan. Saya persiapan juga ke lokasi,” imbuhnya.(**)