Seluruh Asset Masuk Malaysia, Mama Raya Tetap Memilih Merah Putih

WIRAnews.com, NUNUKAN – Nasionalisme di tapal batas tidak sebatas ikrar. Keikhlasan dan jiwa merah putih kembali ditunjukkan Hj.Raya, meski seluruh asset miliknya yang bernilai ratusan juta bahkan miliaran rupiah masuk Malaysia, ia dengan mantab memilih Indonesia.
Hj.Raya merupakan warga pulau Sebatik Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara. Pasca pengukuran ulang patok perbatasan, seluruh asset miliknya masuk Malaysia.
Asset Raya tidak sedikit. Ada rumah pribadi dengan luas 9 x 17 meter, toko kelontong seluas 7 x6 meter, sarang burung wallet seluas 4 x 20 meter, dan kontrakan 13 pintu.
‘’Saya ikhlas jika memang seluruh asset saya masuk Malaysia. Saya hanya meminta pemerintah Indonesia memberikan ganti untung supaya saya dan keluarga bisa pindah ke lokasi lain dan memulai usaha baru di tempat tersebut,’’ujar Raya.
Di balik keteguhan hatinya memilih Indonesia, Raya memiliki kisah dan keyakinan sedari kecil.
Keyakinan yang ditanamkan kedua orang tuanya untuk cinta tanah air. Sebagai warga Negara Indonesia yang hidup di perbatasan, Raya dibimbing dengan nasionalisme tinggi.
‘’Saya merasa punya ikatan batin dengan Indonesia. Saya lahir 17 Agustus 1950, tepat saat orang menyanyikan Indonesia Raya. Makanya setiap lagu itu dinyanyikan saya menangis, saya tidak mau tinggalkan Indonesia,’’ujar Raya yang tiba tiba saja bercucuran air mata.
Nama Raya sendiri, merupakan nama panggilan orang tuanya sejak kecil. Nama itu mengingatkan dia akan sejarah kemerdekaan RI.
Setiap usaha yang dirintisnya selalu diberi nama Suraya, yang berarti orang yang lahir untuk Indonesia Raya.
‘’Banyak yang menyuruh sekalian saja masuk Malaysia, jawaban saya tetap tidak. Walau semua asset saya masuk Malaysia, saya lebih memilih pindah. Saya yakin Negara tidak akan menyakiti rakyatnya,’’kata Raya.
Indonesia – Malaysia melakukan pengukuran ulang untuk menentukan batas Negara di segmen Sebatik pada 2019 lalu. Pengukuran dilakukan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) bersama Jabatan Ukur dan Pemetaan (Jupem) Malaysia.
Hasil dari pengukuran tersebut, puluhan hektar tanah masyarakat Sebatik Utara Masuk Malaysia. Sebaliknya, puluhan hektar tanah Malaysia masuk wilayah Sebatik.
Dari 43 warga Sebatik Utara yang mengaku kehilangan tanahnya, setelah diverifikasi ulang hanya 28 warga yang memiliki sertifikat.
Dalam kunjungannya ke Nunukan, Wamen Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Surya Tjandra mengatakan, kasus yang terjadi di pulau Sebatik baru pertama terjadi di Indonesia.
Ia akan melakukan koordinasi dan berencana membentuk tim terpadu, dan diusahakan secepat mungkin karena menyangkut menjaga territorial wilayah
‘’Kita ajak Kemenlu, Kemhan dan lainnya. Ini masalah tanggung jawab bersama. Kita semua tahu, pembahasan penyelesaian perbatasan negara dibahas sejak 1980an, jadi mohon masyarakat bersabar. Akan kita bahas lagi di ranah pusat,’’jawabnya.
Surya mengatakan, meski kini terpasang patok patok batas Negara yang baru sebagai penanda hasil pengukuran ulang, hal itu bukan berarti membatasi aktifitas dan kegiatan warga perbatasan RI – Malaysia.
Selama MoU belum ditanda tangani oleh kedua Negara, masyarakat masih boleh menggarap sawah dan ladang mereka.
‘’Sebelum ada kejelasan batas Negara, silahkan beraktifitas seperti biasa. Yang jelas dengan pengukuran ulang di Sebatik, lahan kita bertambah 125 hektar dan kehilangan 5 hektar. Sekali lagi mohon bersabar, karena proses ini masih berjalan,’’katanya.

Reporter ; Viq

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *