WIRAnews.com, NUNUKAN “ Kapal latih TNI AL, KRI Bima Suci, berlabuh perdana di perbatasan RI “ Malaysia di Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara, Senin (13/9/2021). Terlihat sekitar 89 Taruna-Taruni AAL Tingkat III Angkatan ke-68 yang tergabung dalam Satuan Latihan Kartika Jala Krida (Satlat KJK) 2021, melakukan parade roll menaiki tangga dan tiang-tiang layar KRI Bima Suci diiringi atraksi drum band. Komandan KRI Bima Suci Letkol Laut (P) Waluyo mengatakan, Perairan Sei Pancang Sebatik menjadi salah satu destinasi yang memang menjadi salah satu persinggahan. “Ini untuk memberikan gambaran seluruh prajurit maupun seluruh taruna bahwa di perbatasan RI, ada hal yang sangat perlu diperhatikan,” ujarnya. Di pulau Sebatik juga, terdapat Satgas Marinir yang juga menjadi benteng tangguh penjaga batas laut NKRI. Nantinya, para Taruna Taruni AAL bisa berbagi cerita dan pengalaman dengan para penjaga NKRI ini. Selain itu, kunjungan ke perairan Sebatik juga bertujuan unjuk gigi terhadap Malaysia. “Bahwa Indonesia memiliki angkatan laut yang hebat, tangguh dan profesional. Kita juga berharap masyarakat di tempat-tempat yang kita singgahi tertarik untuk mengabdi kepada Negara dengan menjadi TNI AL, bergabung dengan matra laut dan menjaga batas NKRI di lautan,” imbuhnya. Ia menambahkan, di masa pandemi COVID-19, KRI Bima Suci hanya berlayar di dalam negeri, namun dalam navigasi lingkaran besar. Sebelumnya KRI ini dijadwalkan berlayar ke Rusia, mengarungi pulau-pulau terluar di Indonesia dan memiliki antisipasi khusus dalam sebaran wabah COVID-19. “Antisipasi COVID-19, kita siapkan ruang isolasi, yang dulunya ruang rekreasi buat Taruna, kita modifikasi sebagai ruang isolasi. KRI Bima Suci juga diinstal PCR portable, ada satu ruangan kita design untuk lab PCR,” jelasnya. Sementara itu, Perwira Pelaksana Latihan (Palaklat) KJK Letkol Laut (P) Pungky Kurniawan, mengatakan, KRI Bima Suci membawa 12 Taruni dan 77 Taruna. Mereka digembleng secara fisik dan mental, sekaligus menguatkan pengetahuan akan pelayaran navigasi astronomi. Pungky menegaskan, di era kemajuan tekhnologi, navigasi astronomi justru menjadi penting karena merupakan pelajaran dasar berlayar, dimana para pelaut harus mampu membaca pesan alam maupun fenomena sains alam semesta. “Ketika kita terlalu mengandalkan tekhnologi, itu bisa dijamming atau segala macam. Ketika kondisi alatnya rusak, bagaimana menentukan posisi apabila kita tidak punya peralatan navigasi? Inilah yang kami tekankan pada Taruna Taruni. Jadi walaupun di tengah kemajuan technologi, kita selalu bisa memanfaatkan benda-benda angkasa untuk menentukan posisi,” jelasnya. Pungky mengakui, pengalaman pelayaran KRI Bima Suci yang saat ini dilakukan hanya di laut Indonesia karena pandemi COVID-19, tidak sesempurna pelayaran ke eropa atau benua lain. Namun demikian, inti dari pengetahuan dan penggemblengan para Taruna Taruni AAL masih tetap menjadi hal pokok, meski dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat. “Ini pelayaran kedua KRI Bima Suci dalam Negeri. Sebagai prajurit, perubahan apapun menjadi tantangan kami, termasuk gelagat alam saat berlayar. Dalam kondisi apapun kita selalu siap untuk itu,” katanya. KRI Bima Suci mulai berlayar Senin, 26 Juli 2021 dan dijadwalkan berakhir sampai dengan 2 November 2021 mendatang. Dalam kurun waktu 99 hari tersebut, KRI Bima Suci akan mengarungi samudera dengan jarak tempuh sejauh 11.328 NM. Ada 13 destinasi tujuan yang menjadi lokasi berlabuh, berawal dari Surabaya, Labuan Bajo, kemudian Tual, Jayapura, Raja Ampat, Morotai, Nunukan (Sei Pancang), Tarakan, Ranai, Sabang, Nias, Cilacap, Bali, dan kembali ke pangkalan Surabaya. Reporter: Viqor